Croffle: Waffle Croissant yang Unik dan Masih Digemari Pecinta Pastry
- Eric
- 1 day ago
- 4 min read

Croffle, si waffle croissant yang unik, sempat mencuri perhatian para pecinta pastry di seluruh dunia. Kombinasi dari dua bakery favorit, croissant dan waffle, membuat croffle menjadi sajian hybrid yang tidak hanya enak, tetapi juga tampil estetik dan kekinian.
Pastry ini pertama kali viral sekitar tahun 2020, terutama saat tren memasak di rumah meningkat selama masa pandemi. Popularitasnya meroket lewat media sosial seperti TikTok dan Instagram, menjadikan croffle sebagai ikon baru dalam dunia brunch dan snacking. Tren ini pun meluas ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri, croffle mulai muncul di kafe-kafe artisan dan toko bakery modern, lalu dengan cepat diterima oleh pasar. Para pecinta pastry menyambutnya dengan antusias, baik dalam versi manis dengan sirup dan buah, maupun versi gurih dengan keju dan daging asap. Hingga kini, croffle masih menjadi pilihan menu andalan di berbagai tempat dan terus mempertahankan tempatnya sebagai salah satu tren pastry modern yang digemari.
Apa Itu Croffle?
Croffle adalah singkatan dari croissant dan waffle, dua jenis makanan populer yang digabungkan menjadi satu kreasi baru. Secara sederhana, croffle merupakan adonan croissant yang dimasak menggunakan alat waffle iron hingga menghasilkan bentuk seperti waffle namun tetap mempertahankan karakteristik croissant.
Proses pembuatannya cukup unik. Alih-alih dipanggang di oven seperti croissant pada umumnya, adonan croissant mentah, baik buatan sendiri maupun yang sudah siap pakai, diletakkan dalam waffle iron panas. Hasilnya adalah croffle dengan tekstur luar yang renyah dan sedikit karamelisasi, serta bagian dalam yang lembut berlapis khas croissant.
Secara klasifikasi, croissant termasuk dalam kelompok pastry karena menggunakan adonan berlapis (laminated dough) berbasis tepung, mentega, dan air. Sementara itu, waffle berasal dari kategori quick bread, adonan berbasis bahan pengembang seperti baking powder. Namun karena croffle tetap menggunakan adonan croissant sebagai dasar utamanya, maka croffle lebih tepat disebut sebagai pastry hybrid daripada quick bread, meskipun dimasak dengan teknik ala waffle.
Croffle menawarkan sensasi rasa dan tekstur yang unik: perpaduan garing dari waffle iron, dan kelembutan bertingkat dari croissant. Inilah yang membuat waffle croissant ini terus digemari dan menjadi pilihan menarik dalam dunia pastry modern.
Sejarah Croffle: Dari Irlandia ke Korea Selatan
Croffle pertama kali diperkenalkan oleh Louise Lennox, seorang pastry chef asal Irlandia, pada tahun 2017 dalam sebuah pop-up event di Dublin. Inovasi ini merupakan hasil dari eksperimen kreatif yang menggabungkan teknik pembuatan croissant dengan alat waffle iron, menghasilkan tekstur dan bentuk yang berbeda namun tetap lezat.
Meski berasal dari Eropa, justru Korea Selatan yang berhasil membawa croffle ke puncak popularitas. Pada tahun 2018, sebuah kafe di Seoul bernama Cafe Aufglet menjadi pelopor yang menyajikan croffle secara komersial. Tak butuh waktu lama, makanan hybrid ini menjadi tren baru di kalangan anak muda dan pecinta kuliner di Korea.
Croffle mencapai puncak viralitasnya saat pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Banyak orang mencoba membuat croffle di rumah karena resepnya yang mudah dan alat yang diperlukan, seperti waffle iron, semakin mudah diakses. Platform seperti TikTok dan Instagram dipenuhi oleh video croffle buatan rumahan dengan berbagai topping kreatif. Hal ini bahkan mendorong penjualan waffle maker melonjak drastis di berbagai negara.
Dengan popularitasnya yang viral di berbagai belahan dunia, tentu saja croffle akhirnya masuk ke Indonesia. Apalagi industri bakery di Indonesia cukup cepat mengikuti tren global, terutama yang sedang viral di media sosial. Ditambah lagi, banyak bakery lokal yang memang sudah punya kapabilitas dan peralatan untuk memproduksi croffle secara massal. Tak heran, croffle pun dengan cepat diterima dan digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama para pecinta pastry.
Mengapa Croffle Begitu Populer?
Popularitas croffle bukan tanpa alasan. Pastry hybrid yang satu ini menawarkan kombinasi kelezatan, kemudahan, dan tampilan yang menggoda, semuanya dalam satu gigitan.
Pertama, croffle sangat simpel dan praktis untuk dibuat, bahkan di rumah. Hanya dengan menggunakan frozen atau adonan croissant / croffle siap pakai, siapa pun bisa membuat croffle dengan bantuan waffle iron. Tidak perlu keahlian khusus dalam baking, cukup panggang hingga kecokelatan dan siap dinikmati.
Selain itu, croffle sangat Instagrammable. Tekstur renyah khas waffle yang membentuk pola kotak-kotak membuat tampilannya estetik dan menggugah selera. Tak heran jika banyak food blogger dan pecinta kuliner menjadikannya konten visual di media sosial.
Daya tarik lainnya adalah fleksibilitas rasa. Croffle bisa disajikan dalam versi manis dengan topping seperti madu, cokelat, buah segar, hingga whipped cream. Untuk yang menyukai cita rasa gurih, croffle juga lezat dipadukan dengan keju, telur, smoked beef, atau bahkan ayam goreng ala chicken & waffles.
Dengan kepraktisan dan variasi rasa tersebut, croffle cocok dinikmati kapan saja, sebagai sarapan cepat, camilan sore, maupun dessert setelah makan malam. Inilah yang menjadikannya favorit baru di kalangan pecinta pastry dari berbagai usia.
Varian Topping Croffle yang Paling Disukai

Salah satu alasan mengapa croffle begitu digemari pecinta pastry adalah karena variasi topping-nya yang nyaris tak terbatas. Dari yang manis hingga gurih, croffle bisa disesuaikan dengan selera setiap orang dan bahkan mencerminkan budaya lokal.
Untuk pecinta rasa manis, croffle biasanya disajikan dengan topping seperti sirup maple, cokelat leleh, es krim vanila, whipped cream, atau buah-buahan segar seperti stroberi, pisang, dan kiwi. Kombinasi ini menjadikan croffle sebagai hidangan penutup yang nikmat sekaligus fotogenik.
Sementara itu, bagi yang lebih menyukai rasa gurih, croffle juga cocok dipadukan dengan keju leleh, telur mata sapi, pesto, ham, atau smoked beef. Tekstur renyah dari croffle memberikan kontras sempurna dengan topping gurih yang lembut dan creamy.
Menariknya, di berbagai negara, topping croffle juga mengikuti tren lokal. Di Korea Selatan, misalnya, topping jagung manis, keju krim, dan matcha cukup populer. Di Indonesia sendiri, croffle sering disajikan dengan topping meses, keju parut, atau rasa-rasa kekinian seperti tiramisu dan lotus biscoff. Fleksibilitas inilah yang membuat croffle terus berinovasi dan mudah diterima di berbagai budaya kuliner.
Croffle mungkin sempat dikenal sebagai tren sesaat, tapi daya tariknya ternyata jauh melampaui itu. Teksturnya yang unik, renyah di luar, lembut di dalam, serta kemudahan eksplorasi topping membuatnya terus bertahan di berbagai etalase pastry modern, dari kafe kecil hingga hotel bintang lima.
Sebagai penyedia pastry Eropa untuk bisnis kuliner di Indonesia, kami pun melihat bagaimana croffle dengan cepat mendapat tempat di berbagai dapur profesional. Tak heran, karena produk berbasis croissant memang fleksibel dan mudah disesuaikan dengan selera pasar lokal.
Dengan pemahaman mendalam tentang dunia pastry, kami percaya bahwa croffle adalah contoh sempurna dari inovasi yang berangkat dari teknik klasik, lalu diolah dengan cara baru yang kreatif. Bagi siapa pun yang ingin menyajikan menu pastry kekinian, croffle bisa jadi inspirasi menarik, baik untuk sarapan, camilan, maupun hidangan penutup.
Commentaires